untuk lebih jelasnya cekidot di bawah ini tentang pemaparannya,,
tulisan ini juga di sponsori oleh memotivasi diri sendiri dan mengingatkan diri sendiri yang terkadang masih suka lupa untuk hal yang satu ini.. semoga bermanfaat :)
“Ya Allah, kalau ia adalah calonku mudahkanlah,
Jika jauh, dekatkanlah
Jika dekat, satukanlah
Kalau bukan? Ayolah... fulanah ya Rabb
Bagaimanapun.. Fulanah
Sekali fulanah tetap fulanah!
Fulanah atau mati !
Fulanah..! Fulanah..! Fulanah..! (Baca dengan semangat 45)
Sahabatku,
Berapa banyak di antara kita yang kadang berdoa setengah memaksa, berharap
setengah mengancam, berserah walau hati tak berpasrah
Saat doa tak kunjung dikabulkan, saat realitas jauh dari idealitas, kita
seakan ingin menyaingi kehendak Allah, mendahului takdir Allah, kurang percaya
dengan qodo dan qodar Allah
Naudzubillahi mindzalik
Belajarlah dari akhlak para nabi, ibrahim yang puluhan tahun memohon
diberikan keturunan, tak kunjung satupun diberi. Namun doa dan ikhtiar terus
dilakukan, itulah keimanan, maka ismail anak yang soleh di hadiahkan.
Telisik juga bagaimana Musa dan kaumnya tak pernah meragukan pertolongan
Tuhannya. Saat harus memilih masuk ke dalam samudra atau di bantai habis
prajurit Fir’aun. Namun inilah uniknya kepasrahan, keyakinan dan kesungguhan
dalam bertawakal kepada Allah. Tak ada keraguan sedikitpun akan janji dan
pertolonganNya.
Maka, tepat saat tawakal berada di titik puncaknya. Saat akal sehat tak
bisa lagi mengelak. Saat ikhtiar tak lagi dapat menakar. Di saat itulah
pertolongan Allah seringkali berwujud, dengan rizki dari arah yang tak pernah
di sangka-sangka. Dengan kemudahan setelah kesulitan.
Pak Ary Ginanjar, cermat sekali mengatakan hal ini dengan Zero Mind
Process, sebuah bentuk ketundukan dan kepasrahan yang menzerokan diri dan
mengesakan Allah. Apa yang terjadi? Saat sekolah dasar kita belajar, 1/0 = tak
terhingga. Ya, akan ada pertolongan Allah yang melimpah dan tercurah, ada
solusi setelah krisis yang sering tidak kita sadari dari mana munculnya.
Bergetar hati ini, saat menghayati kembali sirah nabi akhir zaman, yang
disaat kecamuk perang, dan kekalahan kaum Muslimin semakin terasa mendekat, di
atas kuda perang dan baju besi yang di pakai, Sang Nabi berdoa penuh harap dan
keyakinan, namun bukan untuk “Ya Allah, kalau Kau tidak memenangkan Kami pada
peperangan ini, maka siapa lagi yang akan mendakwahkan Islam. Maka tolonglah
kami ya Rabb”.
Kata yang jauh dari kepentingan dunia sesaat, kemenangan yang bukan untuk
mendapatkan kekuasaan, namun karena kemuliaan perjuangan, atas nama keyakinan,
Bismillah, Allah menangkan kaum muslimin dalam peperangan itu. walau mungkin
akal merasa kemenangan tak mungkin lagi. Walau alasan untuk kalah itu lebih
banyak, namun itulah kekuasaan Allah, Keajaiban di atas keajaiban. Cahaya
diatas cahaya!. Yang jika ia telah menghendaki sesuatu, hanya berkata, “Kun!” “Jadi!”...
Maka “Fayakun!” “Terjadilah”
Sahabatku jangan takut dengan apapun dalam hidup ini, jika semuanya kita
sandarkan dengan keyakinan yang kuat akan pertolongan Allah. Bahu membahu kita
susun barisan mengejar ridhoNya.
Karena kekayaan bukanlah tujuan, popularitas bukan prioritas, namun
keberkahan usia dan kebermanfaatan di jalanNya. Itulah yang membuat kita hidup
dalam kebahagiaan.
Dan saat kita menutup usia, tersenyumlah karena Allah ridho dengan
perjuangan yang Anda, saya dan kita lakukan. Karena manusia telah banyak
mencicipi manisnya kebermanfaatan.. Hidup hanya sekali, berjuanglah sampai
tetes darah penghabisan..!
Di ambil dari buku :MUDA KARYA RAYA oleh Setia Furqon Kholid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar