Minggu, 31 Maret 2013

Kita teman :)


Mungkin lebih baik dari awal aku tak pernah mengizinkan orang-orang asing itu masuk dan membongkar semua isi hatiku juga hidupku. Hingga aku tak merasakan perasaan yang aneh ini. Seharusnya dari awal aku menolak kehadiran orang asing itu, hingga sekarang aku tak perlu mati-matian mengusir perasaan yang tak seharusnya aku miliki.
HEBAT!!
mungkin kalimat itu lah yang dia cari, yah, ku akui kisanak, kau memang sungguh hebat. Telah berhasil menciptakan perasaan yang memang dari awal ingin kau ciptakan pada perasaanku. Dan setelah kau berhasil, kau lari dan pergi meninggalkanku. Meninggalkanku yang menderita dan meratap atas perasaan terkutuk ini. Dalam sepi yang tak berujung. Kini aku telah terbiasa melalui hari-hari tanpa sapaan pagi darimu. Sungguh, seharusnya memang dari awal aku tak mengizinkanmu masuk dalam hidupku. Menjadi pahlawan bertopengku, menjadi motivatorku, menjadi someone spesial di setiap hariku, menjadi seseorang yang selalu ku tunggu kehadiran sms nya, menjadi seseorang yang selalu setia mendengarkan ceritaku, menjadi seseorang yang selalu membuatku tertawa panjang mendengar konyolnya candaanmu, hahaha..

Ku harap kau memang tak akan lagi menoleh ke arahku, karena aku juga sudah tak lagi mengharapkan itu, karena aku telah tahu bahwa kamu hanya ingin menjadikanku seorang teman dekat, bahkan kamu menekankan kalimat itu untukku mengerti, hanya teman.
Iya, ini memang salahku, yang telah terlanjur mempersilahkanmu masuk dalam hidupku, lalu juga membiarkan rasa-rasa aneh muncul dalam hatiku, juga membiarkan akalku menerka-nerka tentang perhatianmu yang tak biasa itu, sungguh ini memang kesalahan besarku yang memang sangat terlalu percaya diri menerjemahkan semuanya adalah cinta. Mungkin benar cinta, tapi cinta hanya sebatas teman.

Ini semua memang salahku, aku tau itu. kesalahan yang tak pernah termaafkan untuk diriku sendiri. Dan aku akan jadi pelaku yang tambah bersalah lagi jika aku terus membiarkan rasa ini terus ada, ada dan ada.

Entahlah, kenapa sosok biasa itu menjadi terlihat lebih istimewa di mataku.
Entahlah, kenapa aku tak bisa bersikap biasa saja atas semua sikap manismu padaku.
Kita teman, kita teman, kita hanya teman. Aku selalu berusaha melafazkan kalimat itu dengan intonasi yang sangat di tekan untuk menyadarkan perasaan ku yang mulai tersesat, entah kemana rimbanya.

Tapi lagi dan lagi, harapan itu ada lagi, ada lagi. Seperti sepotong kuku yang jika di biarkan dia akan terus memanjang, dan jika di potong dia akan tumbuh lagi dan lagi.
Entahlah...
Aku tak tau perasaan apa ini, wahai temanku..
Teman dalam deskripsi yang tak sesuai dengan prakteknya.
Entahlah...
Sepertinya, aku memang tidak terlalu banyak memiliki pengetahuan tentang sebuah perasaan, wahai temanku..
Aku tak terlalu pandai menerjemahkan sebuah sikap yang aku simpulkan sendiri.
Seperti maumu, aku akan pergi. Tapi aku tak kan berhenti mengingatmu sebagai inspirasi yang terus mengalir di setiap tulisan-tulisan ku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar