Minggu, 11 Agustus 2013

Kecelakaan 1 Syawal 1434 H

Ohhh jadi gini ya rasanya jadi orang jeleggg... wew.. bukannya selama ini kamu emang udah jeleg naa... hehehe

iya, maksudnya tambah jeleg lagiii..

haahhh.. liad deh muka ku... habis sudah harapan pengen jadi artis dan tenar dimana2 wohohohoho

nasib nasib..
yaaaahhh, ambil pelajaran aja deh... mungkin semua ada hikmahnya...
dan pastinya emang ada hikmahnya...


Pengen di dramatisir lebih dalam lagi siii semua penderitaan ini.. tapi kayaknya lebay banget deh kalo harus bilang... 


“OH TIDAK, WAJAHKU... KENAPA KAMU JADI BEGINII...” atau

“TUHAN, KENAPA KAU LAKUKAN INI PADAKU... APA SALAHKU TUHAN...???!!!” atau
“TUHAN, AMBILLLLL AKUUU...”
Hehehehehehe
Norak banget kannn...
Lain halnya kalo bilang begini atas semua penderitaaan yang terjadi..
“ALLAH, TERIMA KASIH SUDAH MAU MENEGUR HAMBA MELALUI MUSIBAH INI, TERIMA KASIH MASIH PEDULI DAN SUDI MENGINGATKAN HAMBA....

Malam itu, setelah acara silahturahim keluarga aku di suruh papa mengantar Nur sepupuku pulang sebentar ke rumah mereka bersama Riezi anaknya, ponakanku tersayang.
“Mbakyu ikut yoo, ikut yoo, ikuttt” Pinta liza adikku setengah memohon.
“hmmm, iyoh ikutlah” jawabku memasang muka sangar padanya..
Liza pun tersenyum penuh kemenangan karena permintaannya dikabulkan.
Aku mulai menurunkan motor untuk segera di pakai. Tak berapa lama setelah motor dihidupkan dan hanya melalui beberapa meter jarak yang ditempuh, tugas agung itu  pun selesai ku laksanakan.
“ndak singgah dulu ke?” tanya Nur dengan logat melayu kalimantan yang khas itu setelah tiba di rumah mereka.
“besok je lah, mok ujan ni kayaknya” jawabku menolak ajakannya dengan halus
“ya dah kalo macam tu” katanya lagi
“kami balik yee..” pamitku pada Nur
“ iyee, terimak kasih” ucapnya sambil melambaikan tangan
“dadaaa Riezi” teriak aku dan Liza bersamaan.
Akhirnya si sulung dan si bungsu pun kembali meluncur menuju rumah kediaman mereka tercinta dengan melesat sekencang-kencangnya. Hingga gagal melewati sebuah jebakan batman yang tak kasat mata itu. #eh
Sepanjang perjalanan, aku memang melaju dengan kecepatan yang lumayan di bilang ngebut, maklum anak labil yang sedikit punya keinginan terpendam jadi pembalap wanita, huahehehe.. tapi tak kesampaian dan menyalurkan bakatnya itu di jalan raya milik umum ini.. #hadehh
Alhasil, lihat saja akibatnya..
Masih dengan kecepatan maksimum, aku mendapati sebuah mobil melaju dengan lambat di depanku dari arah yang bersamaan. Motor yang ku kendarai mendahului mobil itu dari kiri di depan tingkungan. Aku pikir si pengemudi ingin berhenti di sebelah kanan, karena tak ku dapati ia menghidupkan lampu sen berbelok ke sebelah kiri.
Dan brrraaaaggghhh mobil itu ternyata berbelok ke tingkungan sebelah kiri dan menabrak motor yang melaju di depannya.
Dengan spontan kakiku menginjak rem motor lalu motor berhenti dengan posisi miring dan mendarat dengan keras. Kepalaku ikut miring, bergesek menyentuh aspal dan mentok pada benturan yang terakhir. Aku bangun darisana, terduduk lemas dan menyentuh kepalaku, darah bercucuran deras dari situ. Aku panik dan menangis. Liza juga menangis tapi untunglah dia tidak berdarah sepertiku.
Orang-orang berhamburan menuju titik terjadinya kecelakaan itu. Ada satu orang yang mengangkatku dan membawaku ke dalam mobil untuk segera di beri pertolongan pertama. Masih dalam keadaan sadar aku berucap
“Liza tadi mana, bawa dia balek” rintihku sambil kesakitan.
Aku terus memanggil-manggil mamak sepanjang perjalanan ke rumah sakit, aku panik, darah terus mengalir. Rasanya seperti sekarat. Aku menggigil.
Ku dapati tiga orang yang berada dalam mobil itu, ada wanita muda dengan seorang bayi yang digendongnya dan laki-laki yang mengendarai mobil tersebut.
Mendengar aku terus merintih, mereka mencoba menenangkan.
“tenang buk ya, tenang.. kita ke rumah sakit sekarang”
“Hah ibu, setua itu kah aku?” ucapku dalam hati
“adekku tadi ndak apa-apa kan?” tanyaku pada mereka di sela rintihanku sekaligus memberi tahu bahwa aku masih muda, bukan ibu-ibu. Huehehehe

Hingga akhirnya kami tiba di ruang UGD. Mataku di periksa disana oleh dokter muda yang cantik itu. ia kemudian berucap.
“Dari pemeriksaan luar, adeknya nggak apa-apa, hanya lukanya aja yang harus di jahit”
Di sela pemeriksaan itu, datang seorang cowok yang bertanya padaku
“adek ni tinggal dimana? Udah di kabari belom keluarganya?” tanyanya
“di perumnas selawi, belum” jawabku sekenanya. Mungkin cowok tadi adalah keluarga si pengemudi yang menyenggol motorku.
Dokter kembali lagi memeriksa sambil bertanya padaku.
“aduuuhhhh perihhh” rintihku terus
“cup cup tenang ya, nanti kita obatin lukanya, jangan nangis“ dokter itu mencoba menenangkanku sembari terus memeriksa keadaanku
“adek namanya siapa?” tanyanya lagi sambil menyentuh lukaku
“Anna” jawabku padanya
“Anna tau nggak, sekarang lagi dimana?” kali ini memeriksa kakiku
“Iya tau, di rumah sakit” jawabku lagi
Ia lalu tersenyum mendengar ucapanku..
“selain di kepala ada lagi yang dirasa sakit?” tanyanya lagi
“nggak ada” ucapku masih dalam keadaan sadar
Di sela pemeriksaan itu, mamak datang dan melihat keadaanku lalu berkata
“ya Allah, ya Allah, anakku.. kenapa jadi begini sih nak nak”
Terkesan lebih lucu menurutku..
Hehehe

Aku senang melihat orang yang ku sayang panik melihat keadaanku...
 Mamak lalu menghampiriku dan mengusap-usap kepalaku,
“gimana bisa jadi gini nak?” tanyanya masih dengan muka cemas itu
Lalu ku ceritakan apa yang terjadi...
Beberapa menit setelah intograsi-intograsi juga bertubi-tubi pertanyaan menghampiriku, akhirnya dokter pun mulai bergerak dan beraksi menjahit luka robek yang ada di atas alisku. Sebelumnya luka itu di suntik dengan obat penghilang nyeri agar aku tak terlalu merasakan pedihnya saat di jahit.
Penjahitan luka itu di lakukan pada ruang terbuka, hingga semua orang bisa menyaksikannya. Di sela penjahitan itu, terjadilah percakapan antara si penabrak dan orang tuaku. Dengan keadaan yang masih sadar dan sambil di jahit. Aku masih bisa mendengar percakapan itu. Ku dapati ternyata si penabrak juga berasal dari Baturaja saat orangtuaku cerita padanya bahwa aku disini sedang liburan dan pulang kampung dari kerja di sebuah Bimbel di Baturaja. Pada percakapan itu, mereka mencoba mengambil satu persatu hikmah melalui kejadian ini. Masih dalam keadaan sadar dan mata terpejam sambil di jahit, aku bergumam dalam hati. Iya benar, semua pasti ada hikmahnya. Mungkin Allah ingin menegur ku melalui peristiwa ini, karena ku sadari selama ini aku memang sudah jauh dari-Nya, mengabaikanNya, dan tak pernah mengingat-Nya lagi seperti dulu, sholat hanya sekedarnya, berdoa juga hanya sekedarnya, bahkan aku sering meremehkan sholat, sering juga meninggalkannya tanpa ada perasaan merasa berdosa sedikitpun. Innalillahi wa innalillahi rojiun..
Aku rasa ini adalah musibah yang paling besar dari pada sekedar kecelakaan yang terjadi malam itu.
Lukaku akhirnya selesai juga di atasi, papa lalu kembali mengurus segalanya.

Semua biaya pengobatan ini, di tanggung oleh si penabrak.
Setelah segala urusan selesai, kami pun pulang ke rumah. Mamak menuntunku yang masih tertatih menuju ke parkiran mobil.
Tak berapa lama kemudian kami pun sampai di rumah dengan selamat.
Ini adalah salah satu peristiwa tak terlupakan pada moment lebaran tahun ini bagiku.
Aku tak ingin semuanya berlalu begitu saja, tanpa ada pelajaran yang bisa di ambil dari ini semua. Aku tak ingin peristiwa ini hanya sekedar lewat lalu dengan gampang terlupakan begitu saja. Tanpa makna. Tidak. Aku tidak mau.
Aku harus belajar dari ini semua. Peristiwa ini mengajarkanku banyak hal. Semoga jadi pelajaran ke depannya. Bukan hanya luka saja yang di dapat atau memar biru pada mata juga bukan saja bekas jahitan ini tapi lebih dari sekedar itu.
Hikmahnya... ^^

Selamat hari raya idul fitri 1434 H
Minal aidzin walfaidzin, mohon maaf lahir dan batin temen-temen blogger tercinta..
semoga kita jadi pribadi yang lebih baik lagi ke depannya... setelah di gambleng selama 29 hari di bulan Ramadhan kemarin... aamiin.. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar