Rabu, 03 April 2013

Love family :)


Anna Machdinni, Vinna Waafieny, Ayu Watawallaini, dan Eliza Arbaani, semuanya berakhiran ni, iya, itu nama-nama adik-adikku yang manis. Hehehe
Kata mamak nama-nama kami itu di ambil dari doa qunut, Machdinni yang artinya petunjuk, Waafieny yang artinya kesehatan, dan Watawallaini yang artinya pelihara, kecuali Arbaani, karena itu tidak di ambil dari doa qunut, melainkan artinya adalah urutan keempat.
Tidak ada salah satu di antara kami pasti nya tidak akan tercipta singkatan ini, AVAEL.. Anna, Vina, Ayu, dan Eliza. Ia, kami semua perempuan.. semua, iya semua.

Mereka adalah adik-adikku yang manis, tanpa terkecuali aku juga. Hehehe

Vinna dengan kepribadiannya yang sedikit cerewet dan bawel, eh banyak dink, lahir tahun 1995, yang sekarang lagi menjalani kuliahnya jurusan jurnalistik di IAIN Raden Patah Palembang,  yang kalo nyeletuk bisa bikin orang marah, juga bisa bikin ketawa. Anaknya rusuh abis, kalo lagi galau, pasti ngejahilin orang mulu kerjaannya, padahal kebanyakan orang galau suka nangis-nangis menyendiri gitu eh dia enggak, malah kayak orang kurang kerjaan, alhasil mesti jaga jarak sama tuh anak, kalo kondisinya lagi konslet begitu.

Sok imuet bgd kan :p

Ayu dengan kepribadiannya yang kemayu, keras kepala dan pengen selalu menang kalo lagi berdebat, lahir tahun 2001 yang sekarang masih mengenyam pendidikan kelas enam SD, yang sekarang lagi di gembar-gembor harus banyak belajar sama mamak dan papa, hehe sedikit berbeda di antara kami karena rambutnya yang keriting, entah kenapa, hingga dia sering di ledekin, “eh anak siapa kamu”, “bukan anak papa mamak tuh” dan kalo di tv lagi ada siaran yang menampilkan para manusia hitam dan berambut keriting pasti ayu lagi bakal jadi bahan ledekan “yu, tuh saudaramu”
Hehehe kasian sekali yah dia...



Dan Eliza, yang hampir mirip pribadinya sama Vinna, cerewet, bawel, rusuh dan sangat nakal, lahir tahun 2006 yang sekarang masih kelas 2 SD,  suaranya yang lebih besar dari badannya itu, selalu buat aku senewon dan marah-marah. Seperti, “Lizaaaa, suaramu tuh kurang keras, berisiiiiikkkk”. Anak kecil yang gampang banget di bujuk dengan duit, seperti aku yang harus selalu ngasih dia upah jalan kalo minta tolong beliin pulsa, atau keperluaan lain yang mengharuskan pergi ke warung.. dasarrrr
Kecil-kecil matre jugaaa yahhh... hehehe
Dan kalo batuknya yang khas itu lagi kambuh, kami serumah pasti bakal menohok dia dengan introgasi, “hayo di sekolah tadi jajan apa”..

Papa, mamak yang selalu memanjakan pasti akan membelanya ketika kakak-kakaknya mengganggu ketentraman hidupnya. Enaknya jadi anak bungsu.. hihihi




Doa Setengah Dewa

Ada yang bingung sama judul diatas ? hehe Saya sebagai pengutip dari buku yang saya baca, juga tidak mengerti kenapa judulnya demikian, mungkin karena doanya yang setengah memaksa, jadi di sebutlah doa setengah dewa.. hehehe
untuk lebih jelasnya cekidot di bawah ini tentang pemaparannya,,
tulisan ini juga di sponsori oleh memotivasi diri sendiri dan mengingatkan diri sendiri yang terkadang masih suka lupa untuk hal yang satu ini.. semoga bermanfaat :)

“Ya Allah, kalau ia adalah calonku mudahkanlah,
Jika jauh, dekatkanlah
Jika dekat, satukanlah
Kalau bukan? Ayolah... fulanah ya Rabb
Bagaimanapun.. Fulanah
Sekali fulanah tetap fulanah!
Fulanah atau mati !
Fulanah..! Fulanah..! Fulanah..! (Baca dengan semangat 45)

Sahabatku,
Berapa banyak di antara kita yang kadang berdoa setengah memaksa, berharap setengah mengancam, berserah walau hati tak berpasrah

Saat doa tak kunjung dikabulkan, saat realitas jauh dari idealitas, kita seakan ingin menyaingi kehendak Allah, mendahului takdir Allah, kurang percaya dengan qodo dan qodar Allah
Naudzubillahi mindzalik

Belajarlah dari akhlak para nabi, ibrahim yang puluhan tahun memohon diberikan keturunan, tak kunjung satupun diberi. Namun doa dan ikhtiar terus dilakukan, itulah keimanan, maka ismail anak yang soleh di hadiahkan.

Telisik juga bagaimana Musa dan kaumnya tak pernah meragukan pertolongan Tuhannya. Saat harus memilih masuk ke dalam samudra atau di bantai habis prajurit Fir’aun. Namun inilah uniknya kepasrahan, keyakinan dan kesungguhan dalam bertawakal kepada Allah. Tak ada keraguan sedikitpun akan janji dan pertolonganNya.

Maka, tepat saat tawakal berada di titik puncaknya. Saat akal sehat tak bisa lagi mengelak. Saat ikhtiar tak lagi dapat menakar. Di saat itulah pertolongan Allah seringkali berwujud, dengan rizki dari arah yang tak pernah di sangka-sangka. Dengan kemudahan setelah kesulitan.

Pak Ary Ginanjar, cermat sekali mengatakan hal ini dengan Zero Mind Process, sebuah bentuk ketundukan dan kepasrahan yang menzerokan diri dan mengesakan Allah. Apa yang terjadi? Saat sekolah dasar kita belajar, 1/0 = tak terhingga. Ya, akan ada pertolongan Allah yang melimpah dan tercurah, ada solusi setelah krisis yang sering tidak kita sadari dari mana munculnya.

Bergetar hati ini, saat menghayati kembali sirah nabi akhir zaman, yang disaat kecamuk perang, dan kekalahan kaum Muslimin semakin terasa mendekat, di atas kuda perang dan baju besi yang di pakai, Sang Nabi berdoa penuh harap dan keyakinan, namun bukan untuk “Ya Allah, kalau Kau tidak memenangkan Kami pada peperangan ini, maka siapa lagi yang akan mendakwahkan Islam. Maka tolonglah kami ya Rabb”.

Kata yang jauh dari kepentingan dunia sesaat, kemenangan yang bukan untuk mendapatkan kekuasaan, namun karena kemuliaan perjuangan, atas nama keyakinan, Bismillah, Allah menangkan kaum muslimin dalam peperangan itu. walau mungkin akal merasa kemenangan tak mungkin lagi. Walau alasan untuk kalah itu lebih banyak, namun itulah kekuasaan Allah, Keajaiban di atas keajaiban. Cahaya diatas cahaya!. Yang jika ia telah menghendaki sesuatu, hanya berkata, “Kun!” “Jadi!”... Maka “Fayakun!” “Terjadilah”

Sahabatku jangan takut dengan apapun dalam hidup ini, jika semuanya kita sandarkan dengan keyakinan yang kuat akan pertolongan Allah. Bahu membahu kita susun barisan mengejar ridhoNya.

Karena kekayaan bukanlah tujuan, popularitas bukan prioritas, namun keberkahan usia dan kebermanfaatan di jalanNya. Itulah yang membuat kita hidup dalam kebahagiaan.

Dan saat kita menutup usia, tersenyumlah karena Allah ridho dengan perjuangan yang Anda, saya dan kita lakukan. Karena manusia telah banyak mencicipi manisnya kebermanfaatan.. Hidup hanya sekali, berjuanglah sampai tetes darah penghabisan..!

Di ambil dari buku :MUDA KARYA RAYA oleh Setia Furqon Kholid